Kamis, 14 Januari 2010

Apa itu Sistem Otot


SYSTEMA MUSCULARE (Sistem Otot)

1. Definisi systema musculare

Ilmu yang mempelajari tentang otot dinamakan sebagai Myologia., Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yakni myos yang berarti otot (tikus) dan logos berarti ilmu. Selain itu, dikenal pula kata musculus yang berarti otot atau tikus kecil. Kemudian systema musculare didefinisikan sebagai suatu sistem dari otot.

Sebagian besar otot tubuh melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat, keadaannya tidak kendur sama sekali, tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut fonus. Ini pada masing-masing orang berlainan bergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan tubuh. Adapun bagian-bagian dari otot yaitu : kepala otot (muskulus kaput), empal otot (muskulus venter), dan ekor otot (muskulus kaudal).

2. Susunan histologis otot

Jaringan otot terutama terdiri atas sel khusus yang dapat memendek dengan berkontraksi. Kontraksi ini menghasilkan gerakan. Dengan cara inilah sebenarnya semua gerakan di dalam tubuh, atau dari tubuh ke lingkungan, akhirnya dihasilkan. Jaringan otot pada dasarnya disusun oleh sel yang disebut miosit yang memanjang ke satu arah, sehingga sering disebut serat otot.

Serabut penyusun berbagai jenis otot tidak dikelompokkan secara acak, tetapi terakit menjadi berkas-berkas yang rapi. Gabungan dari berkas otot ini disebut musculus, yang dari luar dibungkus oleh jaringan ikat kolagen padat. Bungkus/selubung otot ini dibedakan menjadi epimysium, perimysium dan endomysium.

Epimysium merupakan bungkus terluar musculus. Pada makroanatomi bungkus ini menjadi fascia profunda. Perimysium merupakan percabangan epimysiumm berupa sekat-sekat yang membungkus kesatuan otot yang lebih kecil (fasciculus muscularis). Dan endomysium merupakan percangan perymisum yang menyelubungi berkas otot yang lebih kecil lagi yaitu myofibra.

Sel otot memiliki ciri khas yakni mengadakan kontraksi. Kontraksi ini menghasilkan gerakan. Dengan cara inilah sebenarnya semua gerakan di dalam tubuh, atau dari tubuh terhadap lingkungan. Hampir seluruh sitoplasmanya mengandung bahan-bahan kontraktil. Untuk mendapatkan hasil kontraksi yang maksimal, sel otot mempunyai bentuk yang efektif ialah bentuk panjang, pipih dan bahan-bahan kontraksi mengumpul pada kedua ujung sel otot tersebut. Karena bentuk sel otot yang demikian itu, maka sel otot disebut juga serabut otot.

Pada jaringan otot, sel-sel atau serat-serat otot itu biasanya tergabung dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Untuk melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak kapiler (pembuluh) darah yang mendatangkan sari makanan dari oksigen, dan mengangkut produk sisa yang toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus pelindung sehingga tarikannya berlangsung efektif. Juga saraf-saraf terdapat di dalam jaringan ikat tersebut.

Gambar 2.1. Struktur histologis jaringan otot

3. Macam-Macam Otot

Secara fungsional ada otot yang di bawah kemauan kita (otot volunter) dan ada yang tidak di bawak kemauan kita (otot involunter). Ada tiga macam otot yang digolongkan berdasarkan struktur dan fungsinya. Gurat-gurat melintang yang teratur sepanjang serat terdapat pada otot lurik dan tidak terdapat pada otot polos.

Ketiga otot tersebut antara lain :

  1. serabut otot bergaris (myocytusstriatrus/skeletalis/serat lintang/voluntary/ somatic)
  2. serabut otot polos (myocytus non struatus/involuntary/visceral), dan
  3. serabut otot jantung (myocytus cardiacus).

a. Otot Bergaris (Myocytus Skeletalis/otot skelet/otot rangka/myocytus striatus)

Otot bergaris atau otot rangka, yang merupakan otot lurik, yang terikat pada tulang atau fasia dan membentuk daging dari anggota badan dan dinding tubuh. Bila diamati dengan mikroskop, maka serat otot rangka akan tampak bergurat melintang seperti garis sehingga dinamakan otot bergaris. Otot rangka dapat diperintahkan untuk berkontraksi (melakukan gerak yang diinginkan). Itulah sebabnya jenis otot ini disebut pula sebagai otot volunter.

Serabut-serabut otot bergaris mempunyai ciri-ciri yaitu sel berbentuk silindris dengan penampang 0,1 mm dan panjang bervaeiasi 1-40 mm, inti bentuk oval terletak di bagian tepi sel, satu sel mengandung banyak inti. Inti banyak tersebut disebabkan oleh persatuan mioblas (muscle sterm cell) embrionik berinti tunggal. Nukleus bujur telur biasanya ditemukan di bagian perifer sel, yaitu di bawah membran sel. Lokasi inti yang khas ini berguna dalam membedakan otot rangka dari otot jantung, dengan inti yang terletak di tengah.

Massa serabut yang menyusun berbagai jenis otot tidak dikelompokkan secara acak, tetapi tersusun dalam berkas-berkas yang teratur yang dikelilingi oleh sarung eksternal dari jaringan penyambung padat yang mengelilingi seluruh sel otot, dan disebut epimisium. Tiap serabut otot bergaris dibungkus oleh suatu selaput sel yang disebut sarcolemma. Meskipun sangat tipis, sarcolemma dapat dilihat dengan baik pada penampang melintang dengan pengecatan PAS. Sarcolemma berperan sebagai konduktor dalam menyalurkan impuls kontraksi.

Pada penampang memanjang serabut otot bergaris dapat dilihat pita-pita yang gelap dan terang yang saling bergantian. Pita-pita ini berjalan tegak memotong serabut-serabut. Apabila serabut terpotong miring,maka garis-garis melintang terlihat seperti bulan sabit atau seperti tumpukan uang logam. Pita-pita gelap disebut pita A (Anisotropik) dan pita-pita terang disebut pita I (Isotropik). Ditengah pita I terlihat gelap dan tipis disebut garis Z. Dan di tengah-tengah pita A terlihat garis terang dan agak lebar disebut pita H.

Pada pita A terdapat filamen tebal dan tipis saling menutupi (overlap). Sebagai akibatnya, penampang lintang di daerah ini memperlihatkan tiap filamen tebal yang dikelilingi oelh 6 filamen tipis dalam bentuk heksagonal. Filamen otot bergaris biasanya palimg sedikit mengandung 4 protein utama yaitu aktin, tropomiosin, troponin, dan miosin.

Serabut otot skelet mempunyai ciri-ciri, yaitu :

1. Panjang,

2. berinti banyak,

3. dipelihara oleh serabut saraf motorik,

4. gerakan terjadi secara sadar (bisa dikontrol),

5. kontraksinya lebih singkat dan cepat dibanding otot polos.

Dengan mikroskop elektron dapat dilihat bahwa serabut otot bergaris terdiri dari serabut-serabut otot yang disebut myofibril. Myofibril lebih mudah dilihat pada penampang melintang yaitu tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh sitoplasma yang tercat pucat. Sitoplasma ini disebut sacroplasma. Myofibril juga menyusun diri dalam kelompok-kelompok, sehingga seperti pulau-pulau atau lapangan-lapangan yang disebut pulau-pulau (lapangan) chonheim.

Sarcomere adalah bagian myofibril yang terletak di antara garis Z sampai garis Z berikutnya, panjangnya kira-kira 2-3 mm. Sarcomere adalah unit kontraktil otot bergaris.

Serabut otot bergaris dapat dikelompokkan menjadi tiga, jika dilihat dari jumlah myologinya, antara lain:

a. Red fibere

Memepunyai serabut-serabut otot dengan penampang kecil,sarcoplasmanya penuh dengan myoglobin dan banyak sitokrom (enzym-enzym respirasi) dan mitokondria.

b. White fibere

Memepunyai serabut-serabut otot dengan penampang yang lebih besar, sedikit myoglobin dan sedikit mitokondria.

c. Intermediate fibere

Terletak diantara red dan white fibere. Tetapi otot yang dibentuk dalam jumlah dominan oleh red fibere.

Bagian-bagian otot skelet antara lain, yaitu :

1. Origo (pangkal) : bagian otot yang diam sewaktu berkontraksi.

2. Caput (kepala otot) : bagian otot yang berdekatan dengan origo.

3. Venter (perut otot) : bagian pertengahan antara origo dan insertio.

4. Cauda (ekor otot) : bagian otot yang berdekatan dengan insertio.

5. Insertio (ujung) : bagian otot yang bergerak sewaktu berkontraksi.

Sifat serabut saraf yang menginervasi otot skelet, yaitu :

1. Motorik, yang berakhir di motor end plate dan berfungsi untuk memelihara kontraksi otot.

2. Sensorik, yang berakhir pada reseptor pada fasciculus dan berfungsi untuk memelihara reflex tonus.Distribusi otot ini dapat ditemukan pada otot-otot rangka tubuh, seperti musculus femuralis, musculus brachialis, musculus deltoid.

Fungsi otot skelet yaitu sebagai :

1. Otot penggerak utama adalah otot yang menghasilkan gerakan pada arah yang diinginkan).

2. Otot antagonis adalah otot yang menghaluskan atau mengendalikan kecepatan/kekuatan gerak. Letak otot antagonis di seberang otot penggerak utama..

3. Otot fiksasi adalah otot yang menstabilkan sendi, memelihara sikap dan posisi sendi (yang diinginkan).

4. Otot sinergis adalah bentuk khusus otot fiksasi yang melawan gerak sendi yang tidak diinginkan pada sikap otot penggerak utama.

Menggerakkan kerangka dan organ seperti bola mata dan lidah.


Gambar 2.2 Struktur Histologis Otot Rangka

b. Otot polos (myocytus non striatus)

Jenis otot kedua ini terutama berhubungan dengan visera. Otot ini terutama terdapat pada dinding visera yang berongga. Karena serat otot ini tidak tampak bergurat melintang maka disebut otot polos. Berkontraksinya otot ini tidak berdasarkan kemauan sehingga seringkali dinamakan otot involunter.

Serabut-serabut otot polos mempunyai ciri-ciri yaitu bentuk seperti kumparan (fusiform), panjang 29 mm sampai 0,2 mm (Gambar 15). Sitoplasma berwarna merah ungu pada pengecatan HE, dengan pengecatan Best Carmine dapat dilihat butir-butir glikogen pada sitoplasma. Inti terletak di bagian terlebar, di tengah dan biasanya mempunyai 1-2 anak inti.

Pada pewarnaan dengan IHAB (Iron Hemtoxylin Anilin Blue) tampak sel/serabut otot polos mempunyai myofilamen. Ada dua macam myofilamen yaitu : myofilamentum crassum (filamen tebal) terdiri dari protein miosin dan myofilamentum tenue (filamen tipis) terdiri dari aktin, tropomiosin dan troponin.

Karena sel-sel otot polos hampir sama bentuknya dengan fibroblast maka harus diamati dengan teliti, yaitu dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pada pengecatan HE sitoplasma sel-sel otot polos lebih gelap

2. Pengecatan Mallory Anilin blue, serabut-serabut otot polos berwarna merah sedangkan serabut kolagen berwarna biru.

3. Inti sel otot polos lebih panjang tetapi lebih bulat dan kelihatan mengerut bila dibanding dengan inti fibroblast.

4. Dipelihara oleh serabut saraf otonom dan hormone tertentu.

5. Gerakan terjadi secara tidak sadar (tidak bias dikontrol).

6. Aksi otot ini mempunyai peranan yang amat penting dalam pengaturan fungsi sirkulasi, digesti, sekresi, dan ekskresi.

Distribusi otot polos dapat ditemukan pada organ-organ yang berbentuk pipa, misalnya berukuran terkecil pada dinding pembuluh darah, saluran pencernaan, saluran urinaria, saluran pernapasan, dan terbesar pada uterus wanita hamil.

Otot polos berfungsi mempertahankan tonus (ketegangan), misalnya dalam hal mempertahankan tekanan darah dan mengadakan kontraksi, supaya isinya tetap mengalir terus. Dengan ciri mampu melakukan kontraksi lebih lambat dan lama, tidak dapat dikendalikan menurut kehendak dan dipengaruhi oleh rangsang saraf, hormon atau perubahan lokal otot sendiri, misalnya refleks erectio.


Gambar 2.3 Struktur Histologis Otot Polos

c. Serabut-serabut otot jantung/ myocytus cardiacus

Selama perkembangannya, sel mesoderm splanknik dari tabung jantung primitif bersatu menjadi suatu susunan seperti rantai. Sel otot jantung tidak menjadi satu sebagai sel sinsitium seperti otot rangka, tetapi membentuk suatu hubungan kompleks di antara juluran-julurannya yang melebar. Sel-sel di dalam suatu rantai sering bercabang dua atau bercabang dan berikatan dengan sel-sel di dalam rantai yang berdekatan. Sebagai akibatnya, jantung terdiri dari berkas sel yang bersatu dengan erat, terjalin sedemikian rupa agar dapat melakukan suatu gelombang kontraksi yang khas dan menyebabkan ’pemerasan keluar’ isi jantung oleh otot ventrikel jantung.

Sel otot jantung matur memperlihatkan suatu pola bergaris melintang yang identik dengan pola otot rangka. Tetapi berbeda dengan sel otot rangka yang berinti banyak setiap sel hanya memiliki satu atau dua nukleus eukromatik yang terletak di daerah sentral. Kolom sel otot tersebut dikelilingi oleh suatu sarung lembut dari jaringan penyambung endomisium yang terdapat jala-jala kapiler.

Suatu sifat khas otot jantung adalah adanya garis-garis transversal yang berwarna gelap dan melintasi rangkaian sel jantung pada interval tidak teratur. Serabut-serabut otot jantung mempunyai ciri-ciri; sel berbentuk silinder. Sitoplasma lebih banyak dibanding otot striatus dengan ciri khas banyak mitokondria, banyak tubulus tranversus dan tidak dijumpai sisterna terminalis (dikenal dengan istilah dias). Inti ditengah-tengah berbentuk lonjong agak persegi, berwarna pucat. Fungsional dipengaruhi oleh saraf otonom. Sel-sel ini dihubungkan oleh hubungan khusus yang dinamakan discus intercalates.

Discus intercalatus ini merupakan junctional complex yang ditemukan pada permukaan bersama di antara miosit jantung yang berdekatan berupa garis-garis melintang yang arahnya tegak lurus terhadap serabut. Ada tiga junction khusus utama yang terdapat dalam discus tersebut yakni fascia adherens, macula adherens, dan gap juction.

Pada lapisan subendocardium dapat ditemukan serabut Purkinje atau myofibra conducens cardiaca, yang merupakan modifikasi serabut otot jantung. Dengan ciri sel berukuran lebih besar, sitoplasma lebih jernih dibanding sel otot jantung, mengandung lebih banyak granulum glycogeni, nucleus di pusat, myofibrilium ditepi dan lebar. Berfungsi sebagai pengantar rangsang dalam dinding jantung.



Gambar 2.3 Struktur Histologis Otot Jantung

Otot jantung berfungsi untuk kontraksi atrium dan ventrikel. Dimana dengan sistem hantar rangsang yang istimewa kontraksi atrium dan ventrikel ini berlangsung dalam urutan yang paling sesuai dengan fungsi pemompaan. Miosit yang diisolasi dapat berkontraksi secara spontan secara ritmik. Pada jantung, ritme berkontraksi ditentukan oleh ’pace maker’ yang terdapat di nodus sinoatrial. Dari sini rangsangan menyebar ke seluruh jantung melalui sistem konduksi terdiri atas serat jantung khusus. Dari hal ini jelaslah bahwa pasokan saraf tidak diperlukan untuk berkontraksinya otot jantung. Pengaruh saraf hanya mempengaruhi kekuatan dan kecepatan kontraksinya.

Rabu, 06 Januari 2010

Bekantan Banua

MERDEKAKAN SANG MASKOT

Kalimantan Selatan ‘Banuanya Urang Banjar’ merupakan kawasan ‘elit’ akan panorama alamiahnya. Terdapat beranekaragam penghuninya seperti flora dan faunanya. Namun pada era krisis seperti sekarang ini, kehidupan flora dan fauna pun turut mengiringi perkembangan global. Tak ayal, banyak yang kehilangan rumahnya seperti halnya manusia sendiri. Wabah-wabah penjarahan yang mencekam terhadap dunia flora fauna menjadikan kehidupan flora fauna menginfeksi sehingga keasrian hidup mereka terancam. Untuk itulah dunia kerap kali mencanangkan berbagai upaya untuk mengatasi keterancaman tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan berbagai konservasi. Seorang Amerika bernama Theodore Roosevelt sebagai perintis istilah konservasi pada tahun 1902. Dia mengadopsi konservasi dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), secara bijaksana (wise use). Jadi, konservasi yang dimaksud yaitu The wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).

Bekantan (Nasalis larvatus), salah satu fauna penghuni tetap kawasan Banua. Ciri-ciri khas bekantan adalah memiliki hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantanKera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. . Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai “monyet Belanda”. Dalam bahasa Brunei disebut “bangkatan”.

Fauna ini sejenis kera berhidung mancung dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan memiliki nama ilmiahnya Nasalis larvatus. Biasanya bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Fauna ini hidupnya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Hutan-hutan di pulau Kalimantan yang terdiri pada beberapa kawasan pantai dan rawa menjadi pilihan rumah strategis bagi kehidupan mereka.

Di Kalimantan Selatan, bekantan ditetapkan sebagai fauna identitas propinsi sejak tanggal 16 Januari 1990 berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29 Tahun 1990 tentang Penetapan Identitas Daerah Propinsi Tingkat I Kalimantan Selatan. Penetapan itupun disetujui oleh DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan melalui persetujuan DPRD No. 161 / 112/DPRD tanggal 28 Maret 1990.
Ironisnya sekarang, bekantan telah dievaluasikan sebagai fauna terancam punah di dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List. Bekantan dilindungi peraturan perundang-undangan RI, yaitu UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/7/1972, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-11/1992 (08 September 1992), serta PP No. 7/1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Bahkan status perlindungan diberlakukan sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda, yaitu melalui Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931.

Semakin merajalelanya penjarahan di dunia bekantan, menjadikan keberadaan Sang Maskot Banua ini menjadi terancam pula kelestariannya. Masalah yang paling merugikan adalah pembunuhan langsung bekantan. Bekantan dibunuh melalui peracunan, karena dianggap sebagai hama tanaman pertanian (bebuahan). Dagingnya dikonsumsi oleh salah satu suku di Kalimantan. Bagian-bagian tubuh primata ini juga dimanfaatkan sebagai umpan dalam penjeratan biawak dan ular sawa, Bahkan kabar terakhir menyatakan bahwa bekantan dan beberapa spesies primata lainnya (lutung dan monyet) diburu dan dagingnya diambil untuk bahan pakan buaya yang diternakkan di Kalimantan Timur, Harga 1 kg daging sekitar Rp. 4.000.

Permasalahan lainnya, yakni semakin banyaknya aktivitas manusia yang menyebabkan pengubahan habitat yang terjadi setiap hari menambah kekritisan rumah mereka. Hutan atau hamparan lahan yang menjadi habitat alami bekantan (flora dan fauna pada umumnya) dikonversi menjadi tempat aktivitas manusia, seperti permukiman, pertambangan, atau kawasan industri. Mekanisme pengubahannya dilakukan secara resmi (seperti pinjam pakai) atau bahkan tak-resmi (penjarahan, penebangan liar, penambangan liar). Akibatnya, bekantan mulai kehilangan rumah sebagai tempat habitatnya. Apabila masalah yang dihadapi bekantan dibiarkan berlarut-larut, bukan hal mustahil bekantan pun segera punah menyusul kepunahan spesies satwa lainnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya yang serius pula untuk mengatasinya. Upaya yang harus segera dilakukan adalah penetapan dan pemantapan tata ruang yang pasti mengarah pada keinginan pihak penguasa untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Kawasan lindung diubah jadi kawasan budidaya, karena di kawasan lindung ditemukan kayu-kayu berukuran besar dan laku di pasaran. Sebaliknya, kawasan budidaya diubah jadi kawasan lindung sebagai dalih untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat bahwa penguasa bertanggung jawab pada pelestarian alam.

Upaya lain adalah pembangkitan dan pengembangan komitmen multipihak (pemerintah dan semua lapisan masyarakat) untuk mempertahankan kelestarian bekantan dan habitatnya. Penegakan hukum hendaknya tidak hanya sebagai pemanis bibir tetapi harus dijadikan sebagai patokan hukum yang tegas,baik undang-undang peraturannya maupun pelaksanaan berupa penindakan dan sanksi bagi pelanggarnya. Penyebarluasan informasi harus lebih digalakkan, karena masih banyak masyarakat yang tidak atau belum tahu status bekantan.
Berbagai upaya positif haruslah kita canangkan dan kita laksanakan demi kemerdekaan Sang Maskot Banua, sehingga keberadaaannya pun semakin lestari. Hal ini tentulah harus kita lakukan secepat dan secermat mungkin untuk menghindari kepunahan Sang Maskot. Marilah kita peduli terhadap kelestarian bekantan di kawasan Kalimantan Selatan ini.

Ekonomi vs Ekologi



Ekonomi Hentakan Ekologi

Ketika kita mendengar kata ‘ekonomi’, mungkin yang akan terlintas dalam pemikiran kita akan terfokus pada perhitungan finansial semata. Sebagai masyarakat umum, mungkin yang menjadi persoalan adalah usaha apa saja yang dapat kita lakukan demi mencapai finansial yang diinginkan. Atau mungkin bagi seorang ekonom sejati, akan lebih memikirkan bagaimana memperoleh finansial maksimal dengan usaha yang relatif minimal.

Sesuai arti ekonomi itu sendiri yang berasal dari bahasa Yunani, yakni oikos yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum”. Secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Jadi, secara empirik, ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran dalam kehidupannya.

Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka pandangan masyarakat umum dan ekonom sejati tentunya sejalan saja. Hanya yang menjadi persoalan saat ini adalah bagaimana mewujudkan upaya yang lebih bijaksana sesuai dengan kondisi sekitar. Nah, disinilah kita akan menemukan kaitan yang erat antara ekonomi dan ekologi itu sendiri, dan cara kita memaknai keadaan ekonomi yang dapat menghentakan ekologi.

Pertama, kita telaah lebih dahulu pengertian ekologi itu sendiri. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya “rumah” atau “tempat hidup”, dan logos yang berarti “ilmu”.

Berdasarkan sebuah pendapat, di dalam ekologi terdapat beberapa komponen yang saling mempengaruhi biasanya dinamakan sebagai komponen ABC (Abiotik, Biotik, dan Culture). Abiotik merupakan benda yang tak hidup, misalnya saja air, udara, angin, bebatuan, dan sebagainya, Sedangkan biotik merupakan komponen yang hidup, yakni manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Adanya interaksi antara komponen abiotik dan biotik inilah yang akan menghasilkan sesuatu yang dinamakan culture (budaya). Komponen ABC inilah yang membentuk suatu interaksi di dalam suatu ekologi. Dari pendapat tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa ekologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Faktualisasi masa kini yang sangat tampak di hadapan global adalah keadaan ekologi itu sendiri sangat dipengaruhi pula oleh ekonomi. Mengapa demikian?

Mulanya memang manusia dikatakan sebagai makhluk yang selalu ingin tahu, tetapi keadaan ekonomi yang terus mendera kehidupannya membuat mereka menjadi sok tahu. Tak dapat dipungkiri, saat ini yang menjadi tren di kalangan masyarakat luas diukur dengan parameter finansialnya. Mereka cenderung berupaya mengekspolitasi sumber daya yang ada untuk meraih angan-angan finansialnya tanpa peduli pada lestarinya lingkungan sekitarnya. Mereka kurang memperdulikan bagaimana nasib tempat mereka berpijak. Hal ini sungguh merupakan fenomena yang cukup mengiris. Padahal dengan begitu sebenarnya hanya akan menggusur keadaan menjadi lebih buruk lagi.

Saat ini merupakan saat yang memprihatinkan. Ibarat secangkir kopi, apabila kita menyeduh kopi dengan tepat tentu rasanya akan mantap. Namun, apabila kita menyeduh kopinya terus menerus tanpa memperhatikan kapasitas cangkirnya, maka pastinya secangkir kopi yang kita buat akan menjadi kelam dan pahit rasanya. Tak ayal, kita pula yang akan merasakan kerugiannya. Begitu pula dengan kehidupan sehari-hari. Apabila kita mampu mengelola sumber daya yang ada secara tepat tentunya akan membuahkan hasil yang memuaskan. Sebaliknya, apabila kita hanya mengekploitasi saja tanpa memikirkan upaya pelestariannya tentunya akan membawa dampak yang merugikan.

Ironisnya, manusia hanya bertindak sebatas cukup mengetahui akan dampak yang merugikan itu saja. Sebagian besar mereka tidak berpikir untuk mengatasi dampak tersebut secara lebih lanjut. Bahkan yang terparah adalah mereka memperburuk keadaan tersebut tanpa merasa bersalah sedikitpun. Misalnya saja, tingkah manusia yang senantiasa membuang limbah keluarga tidak pada tempatnya, melakukan berbagai tingkah pemborosan energi tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan, penebangan hutan secara liar, mereklamasi lahan hijau menjadi kawasan perumahan, dan sebagainya tanpa memperhatikan keadaan ekologis sekitar. Bagaimana dampaknya terhadap flora, fauna, dan keseimbangan ekologinya tak pernah menjadi pusat perhatian.

Dalam kenyataannya, kita hanya dapat melihat hanya segelintir orang yang prihatin terhadap keadaan ekologi yang semakin rusak akibat dari tingkah manusia yang kerap lebih mementingkan tingkat ekonominya semata, segelintir orang itu kebanyakan adalah aktivis lingkungan. Padahal, sebagai manusia awam, kita seharusnya turut serta dalam usaha memperhatikan dan menyumbangkan kontribusi kita terhadap alam, tidak hanya terbuai oleh keadaan finansial ekonomi yang membuat kita melupakan kondisi ekologi. Inilah saatnya kita berpacu untuk berpikir dan bertindak lebih bijaksana dalam pemanfaatan ekologi.

 

Nurul Pharmacy08 © 2008. Design By: fsrid vio