Jumat, 05 November 2010

Apa sih biofarmasetika itu???

BIOFARMASETIKA

oleh: Nurul Aulia Rahmi Pharmacy'08


Dalam proses terapi, terdapat beberapa faktor yang menentukan yaitu: diagnosa penyakit secara akurat, status klinik jelas, dan penentuan obat tepat. Di sinilah pokok pentingnya biofarmasetika yang erat hubungannya dengan penentuan obat yang tepat. Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sifat fisikokimia formulasi dengan bioavailabilitas obat (Shargel & Andrew, 2005) hal 85.

Penggunaan obat untuk berbagai penyakit merupakan proses yang banyak seginya dan merupakan proses yang kompleks. Pertama: molekul aktif harus diketahui dan harus digunakan secara rasional, dalam arti keuntungan penggunaan dibandingkan kerugian bahaya/racunnya. Kedua: obat harus diformulasi dengan membuat suatu bentuk sediaan yang sesuai dan mengandung dosis yang tepat, serta diberikan dengan cara tepat pula sehingga mencapai organ/jaringan sasaran yang dituju. Ketiga: harus diperhitungkan dosis regimen sehingga obat dapat efektif dalam tubuh, yang ditentukan/disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis/patologis dan klinis (Joenoes, 2006) hal 21.

Biofarmasetika adalah pengkajian faktor-faktor fisiologis dan farmasetik yang mempengaruhi pelepasan obat dan absorbansi dari bentuk sediaan. Sifat-sifat fisika kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju pelepasan obat dari bentuk sediaan dan transport berikutnya melewati membran-membran biologis, sedangkan fisiologis dan kenyataan biokimia menentukan nasib obat dalam tubuh (Lachman dkk, 2007) hal 427.

Rounded Rectangle:

Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik, dan aktivitas toksik obat, maka biofarmasetika menjadi sangat penting. Biofarmasetika bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu (Shargel & Andrew, 2005) hal 85.

Tolok ukur fisiko-kimia dari obat dan bentuk sediaan dapat diukur dengan tepat dan teliti secara in vitro, sedangkan perkiraan kuantitatif dari absorbsi obat yang berarti dapat diperoleh hanya melalui percobaan yang tepat secara ini vivo. Teknik farmakokinetika memberikan arti dalam mengukur proses-proses absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat pada organisme yang memakannya (hewan atau manusia) (Lachman dkk, 2007) hal 427.

Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorbsi serta sifat-sifat fisikokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapik tertentu. Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorbsi yang cepat dan absorbsi lengkap menjadi lambat, kecepatan absorbsi diperlambat atau bahkan tidak terjadi sama sekali (Shargel & Andrew, 2005) hal 85.

Evaluasi dan interprestasi dari studi Biofarmaseutika merupakan bagian yang integral dari pengembangan obat obat, (“drug-product-design”). Penelitian-penelitian di bidang biofarmaseutika mencakup:

- Pengaruh dan interaksi antara formulasi obat dan teknologi, pembuatannya dalam berbagai bentuk sediaan yang akhirnya sangat menentukan kerja obat sesuai dengan sifat fisiko kimianya.

- Pengaruh dan interaksi antara obat dan lingkungan biologik pada situs penyerapan dan cara pemberian obat yang akhirnya menentukan disposisi bahan/zat aktif dalam tubuh.

- Pengaruh dan interaksi dari zat aktif dengan organisme menentukan ketersediaan obat secara biologis.

(Joenoes, 2006) hal 22.

Pada formulasi obat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Pemilihan bahan baku zat aktif (sumbernya) yang paling baik dengan melihat kecepatan disolusinya. Kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan dalam saluran pencernaan makanan cukup erat kaitannya dengan kecepatan absorbsi oba tersebut dalam tubuh.

2. Evaluasi sifat/kualitas sediaan dalam tahap pengembangan.Bidang formulasi dalam pengembangan dan perbaikan formula sediaan, khususnya sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet) dengan efek sistemik yang digunakan secara oral, yaitu dengan menentukan profil disolusi zat aktif dari masing-masing formula yang dicoba.

3. Penilaian tahap akhir mutu sediaan. Sediaan- sediaan yang formulasinya sudah selesai dan siap untuk diproduksi dalam skala besar untuk mulai dipasarkan, khususnya sediaan-sediaan dalam bentuk padat yang digunakan secara oral, diperiksa mutunya dengan menilai bioavailabilitasnya. Penilaian bioavailabilitas dilakukan secara komparatif dengan membandingkannya terhadap bioavailabilitas sediaan lain (dalam bentuk sediaan dan komposisi zat aktif yang sama), yang diproduksi oleh pabrik farmasi lain yang patut dijadikan sebagai patokan yang baik.

4. Penilaian ketepatan aturan dosis (dosage regimen). Dengan mengetahui therapeutic window dan data farmakokinetikanya, aturan dosis obat dinilai kembali, apakah dosis tidak terlalu besar sehingga pemakaian obat tidak efisien atau malah mungkin akan timbul efek-efek yang tidak diharapkan, atau mungkin terlalu kecil sehingga obat tidak akan bekerja secara efektif

(Anonim2, 2010).

Pelayanan informasi farmakokinetika (perjalanan obat di dalam tubuh). Pelayanan informasi farmako kinetika adalah pelayanan informasi mengenai perjalanan obat di dalam tubuh, yang meliputi :

o Sistem transpor (bentuk dan cara pemberian obat)

o Resorpsi (sistem penyerapan)

o Biotranformasi (sistem jaringan dalam merubah bentuk obat menjadi hidrofil di dalam hati agar metabolitnya dapat masuk ke sistem pembuluh darah/vena porta

o Distribusi (sistem penyebaran obat bersama metabolitnya oleh darah keseluruh jaringan organ tubuh)

o Ekskresi (sistem pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh oleh ginjal melalui air seni/urine, kulit (keringat), paru-paru, empedu dan air susu)

(Anonim1,2010).





Proses Biovailabilitas Obat

Bioavailabilitas obat ialah jumlah relatif obat atau zat aktif suatu produk obat yang diabsorpsi, serta kecepatan obat tersebut masuk ke dalm peredaran sistemik. Efek terapetik suatu obat sangat bergantung pada kadar obat dalam darah/plasma; dengan demikian bioavailabilitas obat dari bentuk sediaannya akan mempengaruhi respon penderita terhadap obat (Joenoes, 2006) hal 120.

Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui serangkaian proses antara lain:

Untuk merancang suatu produk obat yang akan melepaskan obat aktif dalam bentuk yang paling banyak berada dalam sistemik, farmasis harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu: (1) jenis produk obat (misal: larutan, suspensi, supositoria); (2) sifat bahan tambahan dalam produk obat; (3) sifat fisikokimia obat itu sendiri (Shargel & Andrew, 2005) hal 86.

Faktor Farmasetik Yang Mempengaruhi Bioavailabilitas

Faktor-faktor yang memperngaruhi bioavailabilitas obat aktif yaitu:

1. Disintegrasi

Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi ke dalam partikel-partikel kecil dan melepaskan obat.

2. Pelarutan

Pelarutan merupakan proses di mana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Laju pelarutan obat-obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau terdisintegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat. Obat yang terlarut dalam larutan jenuh dikenal sebagai ”stagnant layer”, berdifusi ke pelarut dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah. Laju pelarutan adalah jumlah obat yang terlarut per satuan luas per waktu (misal g/cm2.menit). Laju pelarutan dipengaruhi pula oleh sifat fisikokimia obat, formulasi, pelarut, suhu media dan kecepatan pengadukan

3. Sifat Fisikokimia Obat

Sifat fisika dan kimia partikel-partikel obat padat mempunyai pengaruh yang besar pada kinetika pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri atas: luas permukaan, bentuk geometrik partikel, derajat kelarutan obat dalam air, dan bentuk obat yang polimorf.

4. Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Uji Pelarutan Obat

Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mengubah media tempat obat melarut atau bereaksi dengan obat itu sendiri. Misalnya, magnesium stearat (bahan pelincir tablet) dapat menolak air, dan bila digunakan dalam jumlah besar dapat menurunkan pelarutan. Natrium bikarbonat dapat mengubah pH media. Untuk obat asam seperti aspirin dengan media alkali akan menyebabkan obat tersebut melarut cepat. Serta, bahan tambahan yang berinteraksi dengan obat dapat membentuk kompleks yang larut atau tidak larut dalam air, contoh tetrasiklina dan kalsium karbonat membentuk kalsium tetrasiklina yang tidak larut air.

(Shargel & Andrew, 2005) hal 95-98.

Pertimbangan Dalam Rancangan Bentuk Sediaan

Pertimbangan terpenting dalam merancang suatu sediaan adalah keamanan dan keefektifan. Bahan-bahan aktif dan in-aktif harus aman bila digunakan seperti yang diharapkan. Obat yang dilepas secara efektif ke tempat sasaran sehingga efek terapik yang diharapkan dapat dicapai (Shargel & Andrew, 2005).

Pertimbangan berikutnya meliputi:

- Pertimbangan penderita; obat yang pahit dapat dibuat berupa tablet/kapsul yang dienkapsulasi atau disalut, ukuran cukup kecil agar mudah ditelan, dan frekuensi pemberian dosis dijaga minimum.

- Pertimbangan dosis; obat tersedia dalam beberapa macam kekuatan dosis dengan didasarkan luas permukaan tubuh, berat badan, dan dengan pemantauan konsentrasi obat dalam tubuh.

- Pertimbangan frekuensi pemberian dosis; dikaitkan dengan waktu paruh eliminasi obat dan konsentrasi terapetik obat.

- Pertimbangan terapetik; tergantung kondisi terapi yang segera atau akut. Misalnya obat penghilang rasa sakit harus diabsorbsi cepat agar rasa sakitnya cepat hilang, sedangkan obat asmatik dirancang untuk diabsorbsi lambat agar efek perlindungan dari obat berakhir setelah jangka waktu panjang.

- Efek samping pada saluran cerna; untuk obat yang mengiritasi lambung dapat diatasi dengan disalut enterik atau untuk memperbaiki bioavailabilitas obat dapat diformulasi dalam kapsul gelatin lunak sebagai suatu larutan.

(Shargel & Andrew, 2005) hal 113-116.

Pertimbangan Rute Pemberian

Obat masuk ke tubuh dengan cara intravaskuler atau ekstravaskuler. Cara intravaskulas, ialah obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik; seperti pemberian intravena (suntikan atau infus), intraarterial, dan intrakardial. Pemberian intravascular berarti obat tidak perlu mengalami fase pertama untuk memberikan efek, yaitu absorpsi. Sebaliknya, pada cara ekstravaskular, obat harus diabsorpsi dahulu sebelum masuk ke peredaran sistemik; pemberian oral/per oral, intramuskular, subkutan, rektan, dan topical. Syarat untuk absorpsi ialah obat (atau zat berkhasiat dari obat) harus terbebaskan dahulu dari bentuk sediaannya, dan ini bergantung tidak saja pada faktor fisiko-kimia obat tetapi juga pada lingkungan dari bagian tubuh dimana obat diserap. Faktor dari teknik pembuatan (farmako-teknik) merupakan penentu untuk pembebasan obat dari bentuk sediaannya ke dalam cairan tubuh (Joenoes, 2006) hal 22.

a. Produk-Produk Parenteral

- Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung masuk ke dalam darah dan dalam beberapa menit beredar ke seluruh bagian tubuh. Hanya untuk obat yang larut dalam air. Pelarut yang digunakan adalah kombinasi propilen glikol dengan pelarut lain.

- Obat-obat yang diinjeksikan secara intramuskular melibatkan penundaan absorpsi karena obat berjalan dari tempat injeksi ke aliran darah. Formulasi intramuskular dapat untuk melepaskan obat secara cepat atau lambat dengan mengubah pembawa sediaan injeksi. Keuntungannya adalah fleksibilitas formulasi.

b. Tablet Bukal

Tablet ini dirancang untuk terlarut di bawah lidah dan diabsorpsi dalam rongga mulut melalui mukosa mulut, serta mengandung bahan tambahan yang cepat melarut seperti laktosa. Contoh tablet sublingual nitrogliserin.

c. Aerosol

Seringkali digunakan untuk obat yang diberikan ke dalam system pernapasan. Ukuran partikel dari suspense (dalam ukuran kabut) menentukan tingkat penetrasinya. Obat dengan partikel bergerak dengan cara sedimentasi atau gerak Brown ke dalam bronkhioli. Contoh isotarina dan isoproterenol.

d. Sediaan Transdermal

Pemberian sediaan transdermal memberi pelepasan obat ke sistem tubuh melalui kulit. Obat yang diberikan secara transdermal tidak dipengaruhi oleh “first pass effects”. Contoh transderma-V untuk mabuk perjalanan yang melepaskan skopolamin melalui kulit telinga.

e. Sediaan Oral

Keuntungan utama sediaan oral adalah kemudahan-pemakaian dan menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi pada pemakaian injeksi. Kerugian utama adalah persoalan potensial dari penurunan bioavailabilitas dan bioavailabilitas berubah-ubah yang disebabkan absorpsi tidak sempurna atau interaksi obat.

f. Sediaan Rektal

Sediaan rektal disukai untuk obat-obat yang menyebabkan mual. Laju pelepasan obat sediaan ini tergantung pada sifat komposisi dasar dan kelarutan obat yang terlibat, serta terhindar dari “first pass effects”.

(Shargel & Andrew, 2005) hal 116-121.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2010. Pelayanan Informasi Biofarmasi Bentuk Obat Terhadap Efek Terapi.

http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php/Info-Kesehatan/Pelayanan-informasi-biofarmasi-bentuk-obat-terhadap-efek-terapinya.html

(diakses pada 7 Oktober 2010).

Anonim2.2010. Sekilas Tentang Farmakokinetika

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_SekilasTentangSubBidangFarmakokinetika.pdf/14_SekilasTentangSubBidangFarmakokinetika.html

(diakses pada 7 Oktober 2010).

Lachman, L, H.A Liebermen., Joseph L.K. 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2 Edisi Ke-3. UI Press. Jakarta.

Joenoes, N. Zaman. 2006. Ars Prescribendi Resep yang Rasional Edisi ke-3. Airlangga University Press. Surabaya.

Shargel, L. & Andrew B.C.YU. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press. Surabaya.

Rabu, 15 September 2010

Golongan Benzodiazepin

HUBUNGAN STRUKTUR KIMIA DAN AKTIVITAS
GOLONGAN BENZODIAZEPIN SEBAGAI ANTIANXIETAS
(ANTI CEMAS/TRANQUILIZER)
*Oleh: Nurul Aulia Rahmi

Pada tahun 1960-an, obat Golongan Benzodiazepin awalnya dikembangkan untuk keperluan obat anxiolitik dan hipnotik yang digunakan untuk menggantikan obat barbiturat oral. Semua benzodiazepin mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh potensi dan ketersediaan obat-obatan.1
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti anxietas antara lain: diazepam, temazepam, lormetazepam, nordiazepam, oxazepam, lorazepam.

Struktur kimia benzodiazepin :

Derivat-derivat benzodiazepine:
R1 R2 R3
Diazepam CH3 H H
Temazepam CH3 OH H
Lormetazepa CH3 OH Cl
Nordazepam H - -
Oxazepam H OH H
Lorazepam H OH Cl
*2

Mekanisme Aksi
Mekanisme kerja benzodiazepine merupakan potensiasi inhibisi neuron yang menggunakan GABA sebagai mediatornya.3 GABA (gamma-aminobutyric acid) merupakan inhibitor utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi GABA ergik.1
Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABAA. Berikatan dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini. 1

Diazepam
Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam merupakan obat anti cemas (antianxietas atau tranquilizer), sedatif-hipnotik, dan obat anti kejang (antikonvulsan). Efek sampingnya, pada pemakaian kronik dapat menimbulkan ketergantungan jiwa dan raga, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan reaksi.4

Nordazepam
Nordazepam yang dikenal sebagai desoxydemoxepam, nordiazepam dan desmethyldiazepam, adalah derivatif 1,4-benzodiazepin. Seperti turunan benzodiazepin lain, nordazepam sebagai antikonvulsi ,anxiolitic ,relaksasi otot dan obat penenang. Namun, nordazepam seringkali digunakan dalam pengobatan kecemasan (antiaxietas). Nordazepam merupakan metabolit aktif dari diazepam, chlordiazepoxide, clorazepate, prazepam, dan medazepam.5

Oxsazepam
Oxazepam merupakan metabolit aktif diazepam. Oxazepam bertindak sebagai antiaxietas, hipnotik, sedatif, dan menyebabkan kelemahan otot rangka. Ini memiliki periode pendek operasi, itu dianggap sebagai paling aman obat berasal dari benzodiazepin (dalam pengobatan pasien yang lebih tua).6

Temazepam
Temazepam (nama dagang Restoril) merupakan 3-hydroxy intermediate-acting Benzodiazepine. Obat ini diresepkan untuk pengobatan jangka pendek sulit tidur pada pasien yang mengalami kesulitan mempertahankan tidur. Selain itu, temazepam merupakan anxiolitik (anti-kecemasan), antikonvulsan , dan relaksasi otot rangka. 7

Lorazepam
Lorazepam (nama patennya Ativan dan Temesta) merupakan benzodiazepin berpotensi tinggi obat. Lorazepam memiliki semua lima efek benzodiazepin intrinsik seperti: anxiolitik, amnesik ,obat penenang/hipnotis, antikonvulsi dan relaksasi otot Lorazepam digunakan untuk pengobatan jangka pendek kegelisahan, insomnia, kejang akut termasuk epileptikus status dan sedasi pasien dirawat di rumah sakit, serta obat penenang pasien agresif.8

Lormetazepam
Lormetazepam (generik) dikenal sebagai methyllorazepam dengan nama paten seperti: Noctamid, Ergocalm, Loramet, Dilamet, Sedaben, Stilaze, Nocton, Pronoctan, Noctamide, Loretam, Minias, Aldosomnil. Lormetazepam merupakan 3-hidroksi derivat benzodiazepin yang memiliki khasiat sebagai hipnotis, antianxietas, antikonvulsi, sedatif, dan relaksan otot rangka.9


Hubungan Struktur Kimia dan Aktivitas Obat Golongan Antiaxietas (Anti Cemas atau Tranquilizer)

Struktur kimia suatu obat dapat menjelaskan sifat-sifat dan memperlihatkan bahwa unit-unit struktur atau gugus-gugus molekul obat berkaitan dengan dengan aktivitas biologisnya.Untuk mencari hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologis dapat dilakukan dengan mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan respon biologis tertentu pula.10
Derivat suatu senyawa dengan gugus fungsi yang sama dapat memberikan respon biologis yang sama karena bekerja pada reseptor yang sama atau memperngaruhi proses biokimia yang sama pula.10 Sebagai contohnya adalah obat golongan benzodizepin sebagai antianxietas (anticemas atau tranquilizer) yang digunakan sebagai penenang. Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti anxietas antara lain: diazepam, temazepam, lormetazepam, nordiazepam, oxazepam, lorazepam.

Diazepam merupakan golongan benzodiazepin mempunyai kesan relaksasi otot dan antianxietas. Secara struktur kimia, penambahan kumpulan satu –OH (seperti pada temazepam) seharusnya menghasilkan efek yang lebih menenangkan dan menjadikan derivatif ini kurang kuat. 11
Secara praktis, nordazepam adalah cenderung berpotensi seperti diazepam dan oxazepam berpotensi sebagai temazepam. Hal ini dapat pula dilihat secara struktur kimianya. Struktrur kimia nordazepam lebih mirip dengan diazepam. Pada struktur nordazepam terdapat penggantian gugus metil menjadi atom H pada posisi R1. Struktur kimia oxazepam lebih cenderung mirip dengan temazepam, hanya saja ada penukaran gugus metil menjadi atom H pada posisi R1. 11

Lorazepam memberikan efek penenang yang menyenangkan. Efeknya sangat berbeza dari benzodiazepin lain, yang cenderung menyerupai zolpidem paling tanpa kesan visual. Dengan adanya satu kumpulan metil pada kedudukan 1 akan memberikan kesan dramatik dari anxiolitik untuk lebih menenangkan. Pada Lorazepam, gugus metil tersebut ditukarkan dengan atom H. Lormetazepam lebih sering diresepkan secara eksklusif untuk insomnia sementara lorazepam mempunyai berbagai kegunaan.11


Sumber:

[1] Anonim. 2009. Sedatif Dalam Anestesi. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://darryltanod.spaces.live.com/?_c11_BlogPart_BlogPart=blogview&_c=BlogPart&partqs=cat%3DHealth%2520and%2520wellness

[2] Tjay,T. H. dan Kirana Raharjda. 2008. Obat-Obat Penting Edisi 6. PT Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta.

[3] Tanu, I. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

[4] Anonim. 2009. Diazepam. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://id.wikipedia.org/wiki/Diazepam

[5] Anonim. 2009.Nordazepam. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://id.wikipedia.org/wiki/Nordazepam

[6] Anonim. 2009. Oxazepam. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://id.wikipedia.org/wiki/Temazepam

[7] Anonim. 2009. Temazepam. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://id.wikipedia.org/wiki/Temazepam

[8] Anonim. 2009. Lorazepam. [diakses pada 20 Agustus 2010]

http://id.wikipedia.org/wiki/Lorazepam

[9] Anonim. 2009. Lormetazepam

http://id.wikipedia.org/wiki/Lormetazepam

[10] Siswandono, dan B. Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya.

[11]Anonim. 2009. Benzodiazepine. [diakses pada 22 Agustus 2010]

http://www.bluelight.ru/vb/showthread.php?t=344596


Kimia Medisinal (Medicinal Chemistry)

Apa itu Kimia Medisinal??

Berdasarkan harfiahnya,,, Medicinal Chemistry al terdiri atas dua kata,, yakni ‘medicinal’ yang berhubungan dengan obat dan ‘chemistry’ yang berarti ilmu kimia…

Kimia Medisinal Menurut Ahli:
menurut Burger (1970) : ilmu pengetahuan yang merupakan cabang dari ilmu kimia dan biologi, dan digunakan untuk memahami dan menjelaskan mekanisme kerja obat.
menurut IUPAC (1979) : ilmu pengetahuan yang mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi, dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul.

menurut Taylor dan Kennewell (1981) : studi kimiawi senyawa atau obat yang dapat memberikan efek menguntungkan dalam sistem kehidupan, dan melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis serta mekanisme cara kerja suatu senyawa pada sistem biologis, dalam usaha mendapatkan efek pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak menguntungkan..

Kimia Medisinal menuntut objek studi berupa: isolasi dan identifikasi senyawa aktif pada tanaman,, sintesis struktur analog,, mencari struktur induk baru dengan sintesis,, menghubungkan struktur kimia dan cara kerja,, mengembangkan rancangan obat,, mengembangkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologinya…

Hubungan Gugus Fungsional dan Aktivitas Biologis
• Gugus Fungsional Sama dan Aktivitas Biologis Sama
antibakteri
• Struktur Kimia Berbeda tapi Aktivitas Sama
diuretik

• Unit Struktur Sama tapi Aktivitas Beda



Contoh lain:
Hubungan Struktur Kimia dan Aktivitas Golongan Benzodiazepin sebagai AntiAnxietas (Anticemas/tranquilizer)

*Oleh: Nurul Aulia Rahmi


Sumber: Siswandono, dan B. Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya.

Selasa, 31 Agustus 2010

JENIS NARKOTIKA

JENIS - JENIS NARKOTIKA
Sumber : www.bnn.go.id )

OPIOID (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).

EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN
Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

GEJALA INTOKSITASI (KERACUNAN) OPIOID
Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

GEJALA PUTUS OBAT
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.

GEJALA PUTUS OBAT DARI KETERGANTUNGAN OPIOID
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.
Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.
Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.







Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :

Candu


Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

Morfin





Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

Heroin ( putaw )


Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.

Codein




Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.





Demerol






Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

Methadon


Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

Kokain


Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.

GEJALA INTOKSITASI KOKAIN
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis .

GEJALA PUTUS ZAT
Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari.
Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).



JENIS-JENIS PSIKOTROPIKA

Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabjan perubahankahas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II, Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV. Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.

ECSTASY


Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.



SHABU-SHABU


Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.

Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
a. Depresant
yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat (Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).
b. Stimulant
yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.
c. Hallusinogen
yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.














JENIS-JENIS BAHAN BERBAHAYA LAINNYA

Adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yabf dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.

MINUMAN KERAS
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.






Minuman keras terbagi dalan 3 golongan yaitu:
- Gol. A berkadar Alkohol 01%-05%
- Gol. B berkadar Alkohol 05%-20%
- Gol. C berkadar Alkohol 20%-50%

Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya :
- Bir,Green Sand 1% - 5%
- Martini, Wine (Anggur) 5% - 20%
- Whisky, Brandy 20% -55%.

EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkahlakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.
Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.

NIKOTIN


Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.

VOLATILE SOLVENT atau INHALENSIA





Volatile Solvent :
Adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperti ini disebut inhalasi. Zat adiktif ini antara lain :
- Lem UHU
- Cairan PEncampur Tip Ex (Thinner)
- Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat tembok
- Aica Aibon, Castol
- Premix

Inhalansia :
Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ), perekat kayu, bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.
GAMBARAN KLINIS
Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia ) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, Kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan halusinasi.

EFEK YANG MERUGIKAN
Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanent.

ZAT DESAINER



Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.
 

Nurul Pharmacy08 © 2008. Design By: fsrid vio